Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pendiri Penerbit Temalitera Raih Anugerah Sutasoma

Pendiri Penerbit Temalitera Raih Anugerah Sutasoma

Menyemarakkan dunia literasi tidak cukup dengan menulis dan membaca saja. Bila perlu, kita harus berkomunitas dengan sesama penulis-pembaca, membuka bilik-bilik diskusi, dan memfasilitasi penerbitan karya-karya. Aktivitas-aktivitas itulah yang selama satu dasawarsa terakhir ditekuni oleh Mochammad Asrori, pendiri Penerbit Temalitera.

Dari konsistensi kegiatan literasinya tersebut, pria bertinggi badan 170 sentimeter ini, diganjar salah satu penghargaan Anugerah Sutasoma 2020. Tepatnya, dalam kategori Guru Bahasa yang Berdedikasi. “Sama sekali tidak menyangka,” komentar singkat Rori, sapaan akrabnya, mengenai pencapaiannya itu.


Meneguhkan Penerbit Temalitera di Jalur Literasi

Disinggung soal makna penghargaan yang didapatkannya, Rori menjawab, “Sebenarnya pekerjaan sastra ini, kan, pekerjaan sunyi. (Penghargaan) ini bentuk untuk bertahan, sekaligus untuk mengembangkan diri.”

Sebelumnya, Balai Bahasa Jawa Timur (Jatim) meminta Rori untuk mengirimkan portofolionya. Saat itu, ia belum mengetahui akan menyabet salah satu award di Anugerah Sutasoma.

Pria kelahiran Surabaya ini mengaku, penilaian penghargaan Sutasoma dilakukan tanpa sepengetahuannya. “Ternyata, ada tim juri yang melakukan penilaian sebelum portofolio saya kirim,” ujarnya. “Cara penilaiannya tidak tahu. Kelihatannya, juri menghimpun informasi sendiri.”

Nama Moch. Asrori sendiri sudah akrab di masyarakat Mojokerto, terutama di kalangan pegiat sastra, literasi, dan guru. Maklum, pengajar berusia 40 tahun ini sudah malang melintang di dunia sastra sejak setidaknya sepuluh tahun yang lalu.

"Pekerjaan sastra ini pekerjaan sunyi. (Penghargaan) ini bentuk untuk bertahan."

~ Moch. Asrori

Ia telah menerbitkan empat buku cerpen dan antologi puisi. Di luar itu, esai, puisi, dan cerita pendeknya banyak bertengger di serambi sastra media-media cetak konvensional dan digital.

Guru SMKN 2 Kota Mojokerto ini juga dikenal sebagai pegiat ajang Terminal Sastra yang biasa digelar di perpustakaan Mojokerto. Selain itu, ia turut membidani lahirnya beberapa komunitas literasi di Jawa Timur.

Penghargaan ini tak urung membuat dirinya, dan Penerbit Temalitera besutannya, makin yakin untuk menapak di jalur literasi.

Pendirian Penerbit Temalitera

Sekira tahun 2018, Rori berbulat tekad mendirikan dan mengoperasikan Penerbit Temalitera di rumahnya, Sooko, Kabupaten Mojokerto. Sebagai guru, Rori sendiri sehari-hari mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Sastra Daerah. Profesi itu jelas klop dengan aktivitas kepenulisan dan penerbitannya.

Gayung bersambut, Penerbit Temalitera satu per satu banyak membantu kawan-kawan seprofesinya untuk mengembangkan reputasi kepenulisan. Hanya berselang dua tahun, penerbit Rori telah memublikasikan setidaknya 120 buku dengan bermacam genre. Mayoritas buku tersebut ditulis oleh para guru dan siswa dalam bentuk kumpulan cerpen dan puisi.

Gairah menulis di kalangan pendidik sebenarnya juga tak lepas dari peran program pemerintah pusat yang bertajuk Gerakan Literasi Nasional (GLN).

Rori menilai, para guru memang seharusnya kompeten menulis buku. Sebab, kemampuan menulis tersebut akan berguna sekali bagi tuntutan profesi mereka. Meskipun, ada juga buku yang terkesan dipaksakan untuk terbit, padahal belum layak. “Secara pribadi, saya tidak merekomendasikan buku-buku itu untuk dibaca,” tandas pria berkacamata minus ini.

Sekilas tentang Anugerah Sutasoma

Menurut sejarahnya, Kitab Sutasoma adalah mahakarya Mpu Tantular, pujangga era Kerajaan Majapahit. Dalam Kakawin Sutasoma, termaktub cikal bakal semboyan yang saat ini terkenal sekali di Indonesia: Bhinneka Tunggal Ika.

Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur kemudian mencoba mengambil semangatnya dalam penghargaan ini.

Maka, Anugerah Sutasoma adalah apresiasi Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur untuk kalangan yang dianggap berjasa dan berdedikasi dalam bidang kesusastraan Indonesia dan daerah di Jawa Timur. Terdapat tujuh kategori dalam Anugerah Sutasoma:

  1. Sastrawan berdedikasi
  2. Komunitas sastra terbaik
  3. Buku sastra terbaik dalam bahasa Indonesia
  4. Buku sastra terbaik dalam bahasa daerah
  5. Buku kritik sastra terbaik
  6. Guru dari bahasa Indonesia yang berdedikasi
  7. Guru bahasa daerah yang berdedikasi

Masing-masing peraih penghargaan itu memperoleh piagam dan uang tunai.

Hingga perhelatannya yang ke-12, Rori adalah putra Mojokerto kedua yang berhasil menyabet penghargaan. Sebelumnya, Dadang Ari Murtono yang mendapat penghargaan itu pada 2017.

Sumber

Posting Komentar untuk "Pendiri Penerbit Temalitera Raih Anugerah Sutasoma"